Halaman

SELAMAT DATANG DI BLOG PUTRANE WONG JOWO KELAHIRAN SUMATRA

22 Jun 2013

Plin-Plan atau Fleksibel...?

Dalam menata kehidupan ini, suatu hal yang pasti akan kita hadapi adalah berbagai persoalan akan menjadi batu kerikil dan tebing terjal yang menghadang. Bahkan, di perjalanan kita juga akan menemukan persimpangan jalan yang mengharuskan kita untuk memilih salah satu dari jalan itu. 
Keputusan diantara dua atau lebih yang akan menentukan masa depan kita. Apakah jalan berliku nan curam yang akan kita temui...? atau bahkan jalan buntu? atau bahkan jurang yang menjulang tinggi...? Semuanya tergantung pada pilihan dan pertimbangan untuk memilih diantara banyak pilihan.

 Terkadang, di saat seorang manusia telah menentukan sebuah pilihan, akan timbul sebuah keraguan dalam dirinya yang akan mengganggu pikiran sehingga manusia tergoda untuk menarik keputusan dan kembali ke persimpangan jalan untuk memikirkan kembali jalan mana yang akan dia tempuh, atau memilih jalan yang lain yang tidak ia pilih sebelumnya. Pernahkah anda mengalami hal semacam ini...? Apabila ya, termasuk dalam kategori apakah anda? plin-plankah, atau fleksibelkah...? Menurut salah satu artikel yang ditulis oleh Ubaydillah, AN dalam sebuah situs www.e-psikologi.com disebutkan antara lain : Secara teori, plin-plan itu sering diartikan sebagai indecisiveness. Ini adalah ketidakmampuan kita dalam menentukan keputusan atau bersikap dengan alasan-alasan yang sangat tidak kuat. Orang plin-plan itu adalah orang yang gampang melakukan bongkar-pasang rencana, keputusan atau penyikapan. Plin-plan ini dipahami sebagai lawan dari kepercayaan-diri (self-confidence) atau pede. Dalam teori kompetensi, ada sejumlah istilah yang pengertianya kira-kira sama dengan kepercayaan-diri ini. 


Beberapa istilah itu antara lain adalah: 
  1. Decisiveness 
  2. Ego strength 
  3. Independence 
  4. Strong-self concept 
  5. Willing to take responsibility 

Secara lebih terperinci, beliau menjelaskannya sebagai berikut : 
  1. Orang yang pede nya bagus (sehat) biasanya punya keputusan hidup yang mantap, tidak plin-plan, tidak ragu-ragu, tidak minder, dan seterusnya. 
  2. Orang yang pede nya bagus (sehat) biasanya punya power personal yang kuat, kharismatik, disegani, dan semisalnya. 
  3. Orang yang pede nya bagus (sehat) biasanya relatif lebih terbebas dari berbagai rasa terancam atau rasa tertekan, baik itu oleh keadaan atau oleh lingkungan. 
  4. Orang yang pede nya bagus (sehat) biasanya punya jati diri yang jauh lebih kuat dan jauh lebih jelas.
    Orang yang pede nya bagus (sehat) biasanya punya komitmen yang kuat untuk maju atau punya kesadaran tanggung jawab yang lebih tinggi 
Nah, termasuk yang manakah kita??? Dari tulisan di atas dapat kita simpulkan sementara bahwa, orang yang plin-plan adalah orang yang memiliki rasa percaya diri yang kurang, belum bagus, atau perlu ditingkatkan lagi. Sifat ini, masih menurut Ubaydillah, bisa karena faktor bawaan sejak kecil yang tidak diperbaiki, atau memang kondisi lingkungan yang memaksa seseorang untuk bertindak plin-plan, dalam artian perlu bongkar pasang rencana karena kondisi yang mendesak. Lalu, apa bedanya dengan fleksibel? Menurut Musashi dalam "The Book of Five Ring" yang dikutip oleh Ubaydillah mengatakan : fleksibel itu digambarkan seperti watak air. Musashi menjelaskannya dengan istilah ordered flexibility. Fleksibel di sini diartikan sebagai kapasitas untuk tetap menjadi diri sendiri dalam keadaan tetap bisa beradaptasi dengan lingkungan atau orang lain. Dengan kata lain, dia sanggup menjadi orang yang pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa merubah tujuan yang telah ditetapkan di awal. Sebagaimana air yang mengalir dari pegunungan, ia akan selalu menyesuaikan kondisi lingkungan yang dialirinya tanpa mengubah tujuan semula, yaitu laut. Bisa dikatakan bahwa keplin-planan adalah kelemahan, sementara fleksibilitas adalah kekuatan. Orang yang plin-plan adalah orang yang lemah karena tidak punya pendirian. Sementara orang yang fleksibel adalah orang yang kuat dalam pendiriannya, tapi tidak kaku. Ubaydillah mengutip pendapat Antony Robin bahwa mereka mempertahankan pendiriannya sekuat batu karang, tetapi mengaplikasikannya di lapangan seperti orang yang berenang. Orang yang berenang adalah orang yang fleksibel karena bisa menyesuaikan dirinya dengan ombak. Kenapa bisa timbul plin-plan? dan bagaimana menjadi seorang yang fleksibel?.... 

Secara sederhana, ternyata Plin-plan itu dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: 
  • Takut gagal yang terlalu berlebihan karena tidak PD 
  • Pengaruh orang lain yang terlalu besar 
  • Cepat frustasi atau mudah menyerah, tidak sabaran 
  • Arogansi, Kesombongan, atau hal lain yang sepadan dengan itu. Dengan sifat ini, seseorang akan merasa paling benar sendiri dan sulit untuk menerima pendapat orang lain. Hal ini akan terbuka kemungkinan banyak orang yang akan mengkritik, sehingga kita mudah tersinggung dan akhirnya akan mempengaruhi keputusan kita. 
  • Terlalu percaya pada hal-hal mistik atau irasional. Biasanya dalam keadaan kepepet, dukun bertindak, atau tahayul seringkali menjadi referensi arah hidup kita. 
  • Gamang, ragu, akibat pikiran kosong atau tidak tenang. 
  • Terlalu sering curhat dan mendapatkan masukan dari sumber2 yang tidak jelas. kurang siap menghadapi resiko hidup, 
  • Kurang siap dalam menghadapi konsekuensi tindakan, atau kebiasaan lari dari tanggungjawab. 
  • Pengetahuan dan pengalaman yang masih dangkal atau yang masih baru juga bisa menimbulkan keputusan yang plin-plan. 

Lalu bagaimana cara untuk menumbuhkan fleksibilitas dalam diri kita? Berikut ulasannya (e-psikologi.com) Dalam teori kompetensi, fleksibilitas ini diartikan sebagai kemampuan dalam beradaptasi atau kemampuan untuk bisa bekerja secara efektif di berbagai kondisi atau situasi (lihat: Competence at Work, 1993). Istilah lain yang bisa menggambarkan kemampuan ini, antara lain adalah: 
  1. Adaptibility (kemampuan beradaptasi) 
  2. Ability to change (kemampuan untuk mengubah diri) 
  3. Perceptual objectively (Kemampuan memunculkan persepsi objektif) 
  4. Staying objective (kemampuan bersabar secara objektif) 
  5. Resilience (kemampuan untuk menjadi orang yang tangguh) 

 Di antara tanda-tanda orang yang fleksibel ini adalah: kemampuan memahami dan menghargai berbagai perspektif atau pendapat tentang sebuah isu. Tandanya lagi adalah kemampuan menyesuaikan pendekatan (an approach) terhadap situasi yang sedang berubah atau kemampuan untuk bisa menerima (secara positif) perubahan yang sedang terjadi, entah itu perubahan keadaan eksternal atau perubahan organisasi. 

hmmm....seperitinya tidak sulit untuk kita coba... :) 
Manusia akan dihadapi pada berbagai kondisi yang berbeda-beda, sehingga hal ini memunculkan karakter atau watak pada diri seseorang. Maka dari itu, untuk membentuk satu "karakter baru" dalam diri kita dibutuhkan pembelajaran secara kontinu yang konsisten. Dalam tulisan Ubaydillah (e-psikologi.com), dijelaskan acuan atau indeks skala kemampuan atau skill seseorang dalam menghadapi perubahan lingkungan, diantaranya : 

Skala minus satu (-1): kita mempertahankan kebenaran-sendiri atau mempertahankan egoisme hawa nafsu, menganggap orang lain itu salah, masa bodoh dengan orang lain, dan lebih baik memilih bertengkar dengan orang lain 

Skala nol (0): Kita hanya mengikuti prosedur yang ada saja supaya bisa selamat, sekedar menjalankan apa yang diperintahkan dan menghindari apa yang dilarang. Asal selamat saja. 

Skala satu (1): Kita sudah belajar untuk melihat situasai yang ada secara objektif, kita punya pendapat yang kita akui benar tetapi juga tetap mengakui pendapat orang lain yang mungkin juga benar. 

Skala dua (2): Kita sudah belajar menerapkan / menjalankan aturan atau prosedur secara fleksibel, berdasarkan keadaan kita secara pribadi dan sosial 

Skala tiga (3): Kita sudah belajar menyesuaikan taktik dan respon kita terhadap perubahan keadaan atau perubahan orang lain secara fleksibel. Kita mengubah prilaku berdasarkan perubahan keadaan. 

Skala empat (4): Kita sudah belajar mengubah strategi, goal (tujuan kecil), atau proyek untuk bisa sesuai dengan situasi yang sedang berubah, namun tetap fokus pada tujuan utama (tujuan besar) kita. 

Skala lima (5): Kita sudah belajar menyesuaikan jurus-jurus organisasi yang benar-benar klop dengan perubahan keadaan eksternal 

 Skala enam (6): Kita sudah belajar mengadaptasikan strategi atau rencana jangka panjang terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi. 

Karena itu, Ubaydillah menekankan akan pentingnya pembelajaran dalam diri kita. Pembelajaran di sini adalah changing behavior, changing habit, and changing culture, berdasarkan praktek, pengalaman dan pengatahuan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam melakukan proses pembelajaran itu harus kita perhatikan hal-hal berikut ini (e-psikologi.com) : 

Pertama, menghilangkan egoisme hawa nafsu, menghilangkan perasaan yang sudah merasa paling benar sendiri, atau menutup pintu pikiran dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah kita miliki. Menurut pesan dari ajaran Spiritual Jawa (Javanese Spiritual Doctrine), yang terpenting untuk seorang pembelajar adalah menyimpan pengetahuan dan pengalaman lamanya untuk sementara waktu supaya bisa membuka pintu pengetahaun dan pengalaman baru. 

 Kedua, melatih kemampuan dalam mengambil pelajaran penting-spesifik dari apa yang kita baca (buku, majalah, laporan), apa yang kita lihat (orang lain) dan apa yang kita observasi (perubahan situasi). Pelajaran di sini artinya adalah apa yng kita hayati dan apa yang kita simpulkan dari apa yang kita lihat. Kemampuan ini sangat penting untuk meningkatkan fleksibilitas. Kemampuan ini bisa kita asah antara lain dengan: bertanya, bercakap-cakap dengan orang, bertukar pendapat, berdialog, membaca, dan lain-lain. Intinya, kita bisa meningkatkan kemampuan ini dengan membaca, bertanya, mendengarkan, dan (yang paling penting) menerapkan. 

Ketiga, melatih kemampuan dalam merumuskan sebuah tujuan besar (visi, misalnya) atau rencana besar (long term planning), atau gagasan besar, lalu kita ikuti dengan mengembangkan kemampuan untuk menemukan cara atau taktik yang sebanyak mungkin. Jadi, tentukan satu sasaran yang jelas namun dekati dari berbagai cara yang paling mungkin. Bahkan bila sasaran itu perlu diubah, ubahlah secara pelan setelah mempraktekkan berbagai cara (be creative). 
Ok deh, semoga dua tulisan ini bisa membawa kehidupan kita menjadi lebih baik...Semoga bermanfaat... :)

Tidak ada komentar: