Halaman

SELAMAT DATANG DI BLOG PUTRANE WONG JOWO KELAHIRAN SUMATRA

22 Jan 2023

BERBAGI AKSI NYATA MODUL 1.4. BUDAYA POSITIF

 Penulis : Budi Hartono

Instansi : SMK Negeri 1 Indralaya Utara


BERBAGI AKSI NYATA MODUL 1.4. BUDAYA POSITIF

 

A.    LATAR BELAKANG

Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan nasional No 20 Tahun 2003, Pendidikan  adalah  usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Untuk mencapai tujuan pendidikan diatas, maka diperlukanya tempat pendidikan dalam hal ini sekolah yang lingkungannya mendukung tercapainya tujuan pendidikan tersebut, seperti lingkungan yang aman, nyaman, menyenangkan dan ain sebagainya bagi murid dan warga sekolah lainnya.

Sebagai pendidik, kita perlu ingat kembali tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, bahwa pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab”. Sekarang Profil Pelajar Pancasila dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Tidak hanya untuk kebijakan pendidikan di tingkat nasional saja, akan tetapi diharapkan juga menjadi pegangan untuk para pendidik, dalam membangun karakter anak di ruang belajar yang lebih kecil.

Berdasarkan pedoman itu, Profil Pelajar Pancasila diharapkan menjadi pegangan untuk para pendidik di ruang belajar yang lebih kecil. Profil pelajar Pancasila adalah karakter dan kemampuan yang dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap individu peserta didik melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar Pancasila, dan ekstrakurikuler. Budaya satuan Pendidikan meliputi Iklim satuan pendidikan, kebijakan, pola interaksi dan komunikasi, serta norma yang berlaku di satuan pendidikan.

Pada kesempaytan ini, sebagai calon Guru Penggerak, saya mempunyai keinginan untuk mengetahui sebenarnya apa harapan-harapan yang diinginkan oleh murid untuk sekolahnya. Untuk itu sebelum melaksanakan Aksi nyata dan berbagi, saya coba untuk meminta pendapat dari murid untuk memulskannya disecarik kertas dan menempelkannya pada kertas karton.

 









                                               Harapan / impian murid 

 

Dari beberapa contoh harapan dari murid tersebut, ternyata murid mengharapkan sekolah menjadi sekolah yang baik dan maju, mereka mengharapkan warga sekolahnya disiplin, lingkungan sekolah yang bersih dan lain sebagainya. Berdasarkan harapan tersebut, sejalan dengan budaya positif yang akan ditumbuhkan baik di kelas, jurusan maupun sekolah.

 

B.     TUJUAN

Untuk mengimplementasikan disiplin positif melalui penerapan keyakinan kelas demi terwujudnya budaya positif yang dilakukan semua murid melalui pembiasaan-pembiasaan positif di lingkungan kelas, bengkel dan juga di lingkungan sekolah.

 

C.    TOLAK UKUR

  1. Adanya perubahan perilaku murid ke arah yang lebih baik dalam melaksanakan disiplin positif dalam menerapkan budaya positif di sekolah sesuai dengan keyakinan kelas, bengkel dan keyakinan sekolah.
  2. Suasana kelas kondusif dan menyenangkan dalam mendukung proses pembelajaran.
  3. Semua komponen sekolah dapat berperan aktif dalam melaksanakan keyakinan kelas dan keyakinan sekolah dalam mewujudkan budaya positif.
  4. Semua komponen sekolah dapat berkolaborasi dalam menerapkan budaya positif sehingga terwujud nilai-nilai kebajikan sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

 

 D.    LINI MASA TINDAKAN

  1. Meminta murid, dan warga sekolah lainnya menuliskan harapan atau impiannya terhadap sekolahnya.
  2. Membuat keyakinan kelas / bengkel (jurusan) / sekolah.
  3. Menerapkan beberapa pembiasaan atau budaya di kelas, bengkel dan sekolah melalui keyakinan bengkel.
  4. Berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk melaksanakan berbagi praktik baik dengan warga sekolah.
  5. Berkolaborasi dengan Calon Guru Penggerak lainnya yang berasal dari satu sekolah  untuk berbagi praktik baik dengan warga sekolah ( kepala sekolah, guru dan staf)

 

E.     DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN

  1. Seluruh komponen warga sekolah dalam melaksanakan dan mendukung  pembiasaan budaya positif, pembuatan, memumbuhkandan menerapkan keyakinan kelas/bengkel/sekolah yang sudah disepakati.
  2. Berkolaborasi dengan rekan CGP lain untuk mewujudkan budaya positif di sekolah bersama-sama dan menjadi role model perubahan dalam menyongsong tumbuhnya budaya positif di sekolah.
  3. Meaksimalkan berbagai media untuk sosialisasi budaya dan keyakinan kelas/bengkel/sekolah ke warga sekolah, seperti poster, termasuk melalui media social.

 

F.     DESKRIPSI AKSI NYATA

Pada pertengahan bulan Desember 2022, terbesit keinginan untuk mengetahui sebenarnya apa yang menjadi harapan dari murid untuk sekolahnya, untuk menujudkan dan menjawab pertanyaan tersebut, maka dimintalah beberpa murid untuk menuliskan harapan atau impian terhadap sekolah menerut meraka. Dari beberapa contoh harapan murid sudah ditsmpilkan diatas. Selanjutnya menerapkan beberpa budaya atau pembiasaan yang dilakukan di sekolah maupun di bengkel ataupun kelas dengan beberapa pembiasaan misalnya budaya 5 S( Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun), budaya 5 R ( Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin) dan budaya atau pembiasaan-pembiasaan lainnya. Untuk mencapai budaya yang diterapkan tersebut secara maksimal, maka perlu menerapkan disiplin postif  melalui keyakinan kelas/ bengkel/ sekolah. Maka dibuatlah keyakinan kelas / bengkel (jurusan) / sekolah yang dibuat dan disepakati secara bersam-sama dengan murid maupun warga sekolah lainnya. Di kosentrasi keahlian Teknik Kendaraan Ringan, keyakinan yang dibuat dan disepakati bersama siswa adalah keyakinan Begkel TKR, dengan harapan keyakinan tersebut dapat diterapkan dikelas maupun sekolah, selain di jurusan (kosentrasi keahlian). Setelh keyakinan dibuat kemudian disosialisasikan kepada murid yang lain saat apel, dan kepada guru produktif TKR,

Selanjutnya untuk tingkat sekolah, sosialisasi dilakukan memlali berbagi praktik baik dengan warga sekolah terutama kepala sekolah, guru dan pegawai staf. Setelah meminta ijin dan berkoordinasi dengan kepala sekolah, kegitana praktik baik dilaksanakan pada hari Selasa 3 Januari 2023..

 

G.    HASIL AKSI NYATA    

  1. Terbentuknya Keyakinan Bengkel TKR yang dapat diterapkan di kosentrasi keahlian Teknik Kendaraan Ringan baik di kelas ma.upun bengkel TKR.
  2. Adanya pemahaman bagi rekan guru di sekolah mengenai langkah-langkah dalam penerapan budaya positif salah satunya posisi kontrol dan segitiga restitusi.

 

H.    REFLEKSI

  1. Masih diperlukannya kekompakan antar warga sekolah dalam menerpakan budaya positf disekolah melalui disiplin positif.
  2. Perlu waktu yang lebih luas dalam melakukan diskusi saat kegiatan praktik baik.

 

I.       DOKUMENTASI

1.      Youtube : Budi-BK Channel

https://youtu.be/uYlJXUzpQZs

 

2.      Platform Merdeka Mengajar (PMM) :

https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/video/203673

 

3.      Foto Kegiatan Berbagi :






 








 


 




7 Jul 2014

Ini Pertanda Anda Guru yang Hebat

Menilai kehebatan seorang guru bisa dilakukan melalui faktor internal dan eksternal. Secara internal, pendidikan guru yang mumpuni bisa menjadi acuan kapabilitas. Namun, output dari para siswa tentunya tidak bisa diabaikan. Prestasi dan moral luhur para siswa juga bisa menjadi ukuran keberhasilan seorang guru.

Lantas apa saja faktor yang menjadi ukuran kehebatan atau keberhasilan seorang guru? Dr Marvin Thompson, Kepala SMA John McDonogh di New Orleans, Amerika Serikat, memberikan bocorannya. Thompson merupakan menjadi bintang serial dokumenter di saluran TV OWN bertajuk "Blackboard Wars".  Berikut empat tanda guru yang hebat seperti dikutip dari Huffington Post, Selasa (19/2/2013).

1. Di kelas, para siswa berbicara lebih banyak ketimbang gurunya.

"Pada masa kini, proses belajar di kelas harus berbasis pertanyaan, bukan pengarahan dari guru. Guru yang baik akan memberikan ‘panggung’ kepada siswanya untuk menyelidiki, menanyakan, dan menciptakan lingkungan belajar yang menarik. Sebuah tanda yang positif jika di kelas ada diskusi yang penuh makna dan mencakup semua siswa," jelas Thompson.

11 Resep menjadi Guru HEBAT

Mengajar bukanlah profesi yang mudah. Untuk menjadi guru hebat melibatkan banyak faktor, yang apabila digabungkan dengan benar, akan menghasilkan kelas yang sangat efektif dan siswa yang produktif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “hebat” dapat diartikan: terlampau amat sangat ( dahsyat, ramai, kuat, seru, bagus, dsb ). Dalam tulisan ini yang dimaksud kata “hebat” dapat diartikan: ampuh, sangat tinggi mutunya, terampil, memberi pengaruh besar. Dengan kata ini, yang dimaksud guru hebat adalah guru yang memiliki kapAsitas melaksanakan semua ciri-ciri pribadi seperti yang didifinisikan itu sehingga mampu memberi dampak sepanjang hidup pada kehidupan para siswanya.

10 KRITERIA MENJADI GURU HEBAT SEPANJANG MASA



Beberapa waktu lalu saya pernah berselisih paham dengan salah seorang sahabat saya. Ia menanyakan strategi pembelajaran apa yang dianggap paling tepat untuk materi yang lebih mementingkan unsur berbicara. Ia sebenarnya tidak sepenuhnya bertanya, melainkan hanya sekadar memastikan sekaligus menguji kemapuan saya. Saya menjawab dengan pernyataan tertentu yang membuatya tidak sepaham. Tetapi bukan itu letak permasalahnnya. Tetapi adalah paradigma kami yang berbeda secara praktik mengenai guru yang benar.

SEBELAS RESEP MENJADI GURU HEBAT

Mengajar bukanlah profesi yang mudah. Untuk menjadi guru hebat melibatkan banyak faktor, yang apabila digabungkan dengan benar, akan menghasilkan kelas yang sangat efektif dan siswa yang produktif.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “hebat” dapat diartikan: terlampau amat sangat ( dahsyat, ramai, kuat, seru, bagus, dsb ). Dalam tulisan ini yang dimaksud kata “hebat” dapat diartikan: ampuh, sangat tinggi mutunya, terampil, memberi pengaruh besar. Dengan kata ini, yang dimaksud guru hebat adalah guru yang memiliki kapAsitas melaksanakan semua ciri-ciri pribadi seperti yang didifinisikan itu sehingga mampu memberi dampak sepanjang hidup pada kehidupan para siswanya.
Siswa masuk kelas dengan beragam latar belakang, kemampuan dasar, bakat, tantangan, dan pengalaman. Guru masuk kelas tidak boleh hanya memandang siswanya bagai “sepotong kue” yang mudah dibuatnya dengan resep racikannya sendiri. Upaya guru masuk kelas memerlukan pemikiran mendalam yang terus menerus dikaji sehingga dapat menemukan cara yang tepat untuk menghasilkan cita rasa yang sesuai dengan keinginan tiap-tiap siswa.
Untuk menjadi “Guru Hebat”, menurut Anita Moultrie Turner dalam Recipe for Great Teaching: 11 Essential Ingradients ( 2007 ) ada sebelas bahan utama yang dapat disajikan ke dalam proses pembelajaran di kelas yang bernilai tinggi terhadap harga tinggi pengajaran dan profesi pengajaran. Sebelas bahan utama yang dimaksud adalah:
(1) Rasa cinta dan kepedulian, bahan utama untuk menjadi guru hebat adalah cinta pada diri sendiri, cinta pada profesi dan cinta terhadap siswa. Sebagai guru hebat harus berkata: :Jika saya memberi merka kebaikan, maka saya dapat menerima kebaikan dari mereka.” Jika siswa mengagumi guru, penghormatan segera muncul.