Halaman

SELAMAT DATANG DI BLOG PUTRANE WONG JOWO KELAHIRAN SUMATRA

24 Sep 2012

Penemu HONDA, belajar dari kegagalan


Kalau kita perhatikan kendaraan yang melintasi jalan – jalan, pasti mata kita selalu melihat kendaraan bermerk Honda, baik berupa mobil maupun sepeda motor. Merk kendaran HONDA memang paling popular di dunia. Bahkan orang awam di Indonesia kebanyakan menyebut sepeda motor dengan kata Honda, walaupun sepeda motor tersebut bermerk lain. Ini karena HONDA adalah merk sepeda motor perintis pertama kali dan sukses merebut hati jutaan manusia sehingga sangat laris di pasaran dengan memperhatikan kualitas.


Tapi, pernahkah kita berpikir siapakah pendiri Honda ? Dia adalah Soichiro Honda. Ia tidak menyandang gelar insinyur, apalagi Profesor. Ia juga bukan siswa yang memiliki otak yang jenius. Di kelas, duduknya tidak pernah di depan, selalu menjauh dari pandangan guru. “Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih, karena dunia saya disekitar mesin, motor dan sepeda,” tutur Honda, yang meninggal pada usia 84 tahun, setelah dirawat di RS Juntendo, Tokyo, akibat mengindap penyakit lever. Saat merintis bisnisnya Soichiro Honda selalu diliputi dengan kegagalan. Ia juga sempat jatuh sakit dan kehabisan uang serta dikeluarkan dari kuliah. Namun ia trus bermimpi dan bermimpi.

 Kecintaannya pada mesinlah yang membuatnya selalu optimis. Mungkin ‘warisan’ dari ayahnya yang membuka bengkel reparasi pertanian, di dusun Kamyo, distrik Shizuko, Jepang Tengah, tempat kelahiran Soichiro Honda. Di bengkel, ayahnya memberi cathut (kakak tua) untuk mencabut paku. Ia juga sering bermain di tempat penggilingan padi melihat mesin diesel yang menjadi motor penggeraknya. Di situ, lelaki kelahiran 17 November 1906, ini dapat berdiam diri berjam-jam. Di usia 8 tahun, ia mengayuh sepeda sejauh 10 mil, itu dilakukannya hanya untuk menyaksikan pesawat terbang.

 
Ternyata kecintaannya pada mesin tidak sia-sia. Pada saat umur 12 tahun, Honda berhasil menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Tapi, dirinya tidak bermimpi menjadi usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Apalagi fisiknya lemah, tidak tampan, sehingga membuatnya rendah diri.

Pada umur 15 tahun, Honda pergi ke Jepang dan bekerja di Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat senang melihat cara kerjanya. Honda teliti dan cekatan dalam soal mesin. Setiap suara yang mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun bekerja disitu, semakin menambah wawasannya tentang permesinan. Akhirnya, pada umur 21 tahun, bosnya mengusulkan membuka suatu kantor cabang di Hamamatsu. Dan tawaran ini tidak ditolaknya.

Di Hamamatsu prestasi kerjanya tetap membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya pun cepat dalam memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali. Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu, hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya sangat luar biasa. Ruji-ruji logamnya laku keras, dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30, Honda menandatangani patennya yang pertama.

Setelah menciptakan ruji, Honda ingin melepaskan diri dari bosnya dan membuat usaha bengkel sendiri. Ia mulai berpikir, spesialis apa yang dipilih? Dan otaknya tertuju kepada pembuatan Ring Pinston, yang dihasilkan oleh bengkelnya sendiri pada tahun 1938. Sayang, karyanya itu ditolak oleh Toyota, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel bosnya.

Karena kegagalan itu, Honda pun jatuh sakit. Dua bulan kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi, soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah pulang kuliah – pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekkan pengetahuan yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah.

“Saya merasa sekarat, karena ketika lapar saya tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya,” ujar Honda. Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya kuliah bukan mencari ijaszh. Melainkan pengetahuan. Penjelasannya ini justru dianggap sebagai sebuah penghinaan.

Berkat kerja kerasnya, desain Ring Pinstonnya pun akhirnya diterima. Pihak Toyota memberikan kontrak, sehingga Honda berniat mendirikan pabrik. Malangnya, niat itu kandas karena tidak ada yang memberikan dana. Ia pun tidak kehabisan akal untuk mengumpulkan modal dari sekelompok orang untuk mendirikan pabrik. Lagi-lagi musibah datang. Setelah perang di Jepang terjadi, pabriknya pun terbakar dua kali.

Namun, Honda tidak patah semangat. Ia bergegas mengumpulkan karyawannya. Mereka diperintahkan mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh kapal Amerika Serikat. Kaleng tersebut digunakan sebagai bahan mendirikan pabrik. Tanpa diduga, gempa bumi meletus dan menghancurkan pabriknya, sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Toyota. Setelah itu, Honda mencoba beberapa usaha lain. Namun saying, semuanya gagal.
Akhirnya, pada tahun 1947, setelah perang Jepang berakhir kondisi ekonomi Jepang porak-poranda. Dalam keadaan terdesak, Honda memasang motor kecil pada sepeda. Siapa sangka itu banyak diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan, sehingga Honda kehabisan stok. Dan motor kecil pada sepeda itu menjadi, “sepeda motor” cikal bakal lahirnya perusahaan Honda seperti yang kita nikmati saat ini.

Disinilah, Honda kembali mendirikan pabrik motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya. Setelah sepeda motor Honda, berikut mobil Honda, dan akhirnya menjadi “raja” jalanan dunia, termasuk di Indonesia. Soichiro Honda mengatakan, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti industri otomotif. Tapi lihatlah kegagalan-kegagalan yang dialaminya. “Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen. Tapi, mereka tidak melihat 99% kegagalan saya”, tuturnya. Ia memberikan motto hidup, ketika kita mengalami kegagalan, yaitu mulailah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru dan berusahalah untuk merubah mimpi itu menjadi kenyataan.

Kisah perjalanan Honda ini adalah contoh bahwa suskes itu bisa diraih seseorang dengan modal seadanya, tidak pintar di sekolah, ataupun berasal dari keluarga miskin. Jadi buat apa kita putus asa bersusah hati merenungi nasib dan kegagalan. Teruslah optimis dan semangat untuk menggapai mimpi kita seperti ‘Honda’.

 5 Resep keberhasilan Honda :
1. Selalulah berambisi dan berjiwa muda.
2. Hargailah teori yang sehat, temukan gagasan baru, khususkan waktu memperbaiki produksi.
3. Senangilah pekerjaan Anda dan usahakan buat kondisi kerja Anda senyaman mungkin.
4. Carilah irama kerja yang lancar dan harmonis.
5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama

Tidak ada komentar: